Memulai Perjalanan di Dunia PR



Source

Hidup Alice dalam Alice in Wonderland berubah 180 derajat hanya karena mengikuti kelinci menuju lubang dibawah pohon yang membawanya ke dunia fantasi. Alice yang buta akan dunia barunya pun akhirnya mampu mengumpulkan keberanian hingga menggulingkan ratu merah dan sang naga peliharaannya. Kisah Alice dan perjalanannya adalah ilustrasi bagaimana passion bisa membawa kita ketempat yang benar-benar baru dan tak terduga. Dan tidak jarang, passion baru memunculkan kekuatannya ketika kita benar-benar buta mengejarnya tanpa takut dengan berbagai resiko yang menghampiri kita. 


Refleksi Alice dan perjalanannya entah kenapa terasa relevan bagi gue menggambarkan perjalanan di dunia PR dalam beberapa tahun terakhir. Perjalanan yang awalnya hanya diawali dari pemilihan studi yang kurang beralasan ketika mendaftar di Universitas Bakrie justru menjadi salah satu momen yang menentukan jalan hidup dalam beberapa tahun kedepan. Ya, gue bilang beberapa tahun kedepan karena gue baru punya rencana 5 tahun di dunia PR. Gue belum berani memantapkan diri benar-benar menetap di karir ini sampai usia pensiun atau merasa sudah cukup bekerja dan mulai fokus ke hal lain.Karena, kita gak pernah tahu dimana hidup bakal membawa kita, kan? 

Agak tipikal millenial memang, yang belum merasa mantap dengan satu jalur karir seumur hidup. Tapi, bukan berarti gue gak serius dengan apa yang dikejar dan dilakukan sekarang. Apalagi, PR itu dunia yang benar-benar menarik untuk dipelajari dan sampai jadi bagian dari gaya hidup sehari-hari menjadi tantangan tersendiri. 

Kunjungan ke Bursa Efek Jakarta dengan Ibu Mirana untuk Kelas Investor Relations
Dulu ketika mendaftar sebagai mahasiswa komunikasi, pengetahuan tentang PR terbatas dari SKS yang menuliskan apa saja yang bakal dipelajari nanti. setiap semester nama mata kuliahnya semakin rumit. Ketika diawal semester, masih ada kata-kata "pengantar" yang bikin gue yakin, "oh, jadi di awal-awal masih dikasih pemahaman tentang komunikasi dan PR" yang bikin gue merasa aman dan cukup percaya diri bisa beradaptasi. Tapi, masuk semester 4 kebelakang, mata kuliah seperti "Investor Relations" atau "Managemen Krisis" cukup membuat otak diputar untuk bisa mengejar nilai yang bagus, atau sekedar bisa menampilkan hasil riset yang layak didepan teman-teman PR lainnya. 

Ketika benar-benar masuk sebagai mahasiswa PR, baru terasa ternyata PR itu gak se-glamor yang dibayangkan sebelumnya. gak ada tuh stereotip kalau mahasiswa komunikasi itu harus Extrovert (manusia yang lebih banyak beraktifitas dan lebih sedikit berpikir.) atau PR itu harus selalu fashionable dan "gaul". Ternyata, PR itu selalu punya tempat untuk mahasiswa yang Introvert (manusia yang lebih banyak berpikir dan lebih sedikit beraktifitas)  dan Ambivert (memiliki 2 kepribadian, yaitu Introvert dan Extrovert). beberapa teman baik di kelas PR bahkan tergolong Introvert tapi bisa jadi achievers di kelas dan lebih unggul dari teman-teman yang memenuhi stereotip mahasiswa PR yang lain. 


Masih Mahasiswa Semester Awal
Stereotip lain yang kemudian hilang dari pikiran gue ketika kuliah PR adalah, walaupun memang banyak yang berpenampilan menarik dan "gaul", kekuatan mahasiswa PR sesungguhnya justru terletak dikemampuan dia bercerita bukan hanya dari mulut, namun juga dengan pena/tulisan. Kemampuan dan keinginan menulis akan sangat teruji ketika kamu menjadi mahasiswa Komunikasi khususnya PR, karena banyak hasil kerja kita yang akan dinilai berdasarkan paper, bedah teori, laporan presentasi dan tulisan akademik. 

Gue cukup bersyukur bisa masuk ke Universitas Bakrie dengan beasiswa penuh hingga wisuda, karena berarti pikiran cukup fokus ke bagaimana belajar dengan sungguh-sungguh dan memanfaatkan kesempatan serta fasilitas yang dikasih semaksimal mungkin. Buku pun disediakan oleh pihak kampus, bahkan diberikan kemudahan dengan kelas tambahan, guest lecture dari brand ternama, ditambah lagi keleluasaan untuk berorganisasi. Semakin kuatlah perasaan gue sebagai "mahasiswa" dan semakin semangat untuk mengejar karir di komunikasi.  

Di Universitas Bakrie pun, gue bertemu dengan banyak praktisi PR yang cukup disegani karena pencapaiannya, bahkan tidak sedikit yang masih sangat aktif di bidang PR selain mengajar. Sebut saja ibu Suharyanti yang ternyata pernah menjadi PR Seibu atau Ibu Sutji Lantyka yang sampai saat ini masih menjabat Associate Director of Communication dari McDonalds Indonesia. Ibu Sutji juga lah yang memperkenalkan gue dengan pekerjaan Media Relations di semester 5, yang  menjadi Jabatan gue di Imogen PR Consultant sampai saat ini. 

Di Kelas Tata Krama Semester 2 Bareng ibu Indah Soekotjo
Simulasi Preskon Bareng Ibu Mirana di Semester 4. 

Dosen-dosen praktisi di Universitas Bakrie juga menjadi pintu pertama bagi gue untuk mendapatkan gambaran apa yang bakal gue hadapin dimasa depan ketika menjadi PR. Dari merekalah gue belajar mengenai sopan santun, profesionalitas, dan pentingnya keseriusan belajar. Memang, belajar di momen itu sangat membosankan dan pikiran dipenuhi bayangan aktifitas-aktifitas lain yang lebih menyenangkan. Tapi ternyata  ketika akhirnya kerja beneran kerasa manfaatnya. Walaupun belum mahir, seenggaknya kita jadi gak bener-bener "buta" dengan apa yang kita lakuin dan apa yang benar dilakukan ketika dihadapkan dengan situasi tertentu. 

Buat kamu yang mau jadi bagian dari PR, Pekerjaan PR dibelakang layar mungkin akan buat orang disekitar kamu bertanya-tanya "apa sih yang dikerjakan PR selain ngomong?". Padahal, banyak banget scope kerja dari PR yang menarik untuk diketahui, apalagi dilakukan. Ketemu dengan pengisi acara brand yang inspiratif dan populer, membuat rilis yang bisa dimuat di berbagai media bergengsi se-indonesia. berteman dengan para jurnalis dan editor-editor berpengaruh dari media-media glamour, belum lagi "brand" yang kamu dapatkan dari pekerjaan PR membuat kamu gak akan merasa bosan dengan pekerjaan ini. 
Senengnya ketika AREA Magazine nulis CloseUp Diamond Attraction's AsNTM 3 2 Halaman!
We are Having Fun! 

Satu hal yang kamu harus ingat, perjalanamu di dunia PR dimulai dari bangku kuliahmu. Jangan sampai malah menyesal karena langkah awalnya aja udah setengah-setengah, bahkan sampai ogah-ogahan. Kalau diawal aja langkah kamu udah penuh keyakinan dan percaya diri, percaya deh langkah-langkah selanjutnya bakalan lebih ringan dan jarak yang kamu tempuh bisa lebih jauh nantinya. Face up and dont mess it up!



(found me on Instagram/ Facebook/ Email kalau ada pertanyaan atau mau seekedar tegur sapa)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bedah Public Relations (PR): Penanganan Krisis Pizza Hut & Marugame Udon

Jurusan Public Relations Bukan Cuma Buat Cewek, Kok!

Ojek Online dan Penumpang yang Tidak Sabaran